Tubagus Buang dan KH. Muhammad Amin


Tubagus Buang adalah seorang waliyullah dan sebagian masyarakat Banten mempercayai bahwa beliau masih hidup. Konon, beliau berperawakan seperti orang Belanda, kulitnya putih serta berbadan tinggi besar dan telapak tangan kanannya bolong.
Menurut riwayat nama beliau adalah Syaikh Abdullah dengan nama keningratan Pangeran Ariya Qodli Djayasantika bin Pangeran Mandura (Tubagus Tong) bin Sulthan Maulana Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir (Sulthan Banten ke-4. Kenari, Serang) bin Sulthan Maulana Muhammad (Pangeran Ratu Ing Banten, Sulthan Banten ke-3) bin Sulthan Maulana Yusuf (Panembahan Pakalangan Gede, Sulthan Banten ke-2. Kasunyatan, Serang) bin Sulthan Maulana Hasanuddin (Panembahan Surosowan, Sulthan Banten Pertama. Banten Lama, Kota Serang). Dan menurut masyarakat banten makam beliau terdapat di beberapa tempat, diantaranya :
  1. Di Kp. Kadujuru, Cadasari, Pandeglang, Banten (disamping pom bensin kadujuru)
  2. Pamarayan, Serang, Banten (dekat pintu air pamarayan)
  3. Kasunyatan, Serang, Banten (kawasan pemakaman Sulthan Maulana Yusuf)
  4. Terumbu, Serang, Banten
  5. Banten Lama, Kota Serang (dibelakang kawasan pemakaman Sulthan Banten)
  6. Cianjur, Jawa Barat
  7. Tanjung Karang, Lampung
Disini kami baru ziarah ke makam beliau yang pertama yaitu di komplek pemakaman Kadujuru, Cadasari, Pandeglang yang berada di pinggir jalan raya Serang - Pandeglang disamping pom bensin Kadujuru (semoga dapat berziarah ke makam beliau yang lainnya) 

Di komplek pemakaman ini juga terdapat makam seorang ulama yang bernama KH. Muhammad Amin bin H. Dalin. Beliau adalah ayahanda dari Abuya Dimyathi Cidahu. Beliau lahir di kampung Kadujeruk, Cadasari dan tinggal sampai akhir hayat di kampung Kalahang, Cadasari sejak menikah dengan istrinya Hj. Ruqoyyah binti H. Arta yang berasal dari kampung tersebut dan beliau dikaruniai 3 orang putra yaitu :
  1. KH. Muhammad Dimyathi (Abuya Cidahu) 
  2. KH. Ahmad Wasi'
  3. KH. Muhammad Sayuthi
Beliau KH. M. Amin dikenal sebagai seorang yang 'Alim serta Waro' dan Zuhud, yang mana beliau juga seorang ahli Thoriqoh Al Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah dan ahli Qiroat.
Dalam sejarah dakwahnya, beliau mendirikan pesantren di kampung Kalahang setelah bermukim di Makkah selama lebih dari 5 tahun untuk menuntut Ilmu. Selain mendidik para santri-santrinya, beliau juga mengadakan pengajian rutin dengan masyarakat di beberapa kampung di kecamatan Cadasari dan Baros. Jarak tempuh dari kampung ke kampung sangatlah berjauhan, namun beliau menempuh perjalanan hanya dengan berjalan kaki. Selain pengajian, beliau juga sering mengadakan tahlilan dzikir bersama dan di sambung dengan Marhaba yang dilantunkan dengan lagu Rakbi setiap malam jum'at.
Begitu riwayat yang kami tahu tentang beliau-beliau, semoga bermanfaat.

*) Rakbi adalah lagu khas Banten pada syair Mahallul Qiyam ; Thola'al Badru dan Asyroqol Badru. Sampai sekarang lagu tersebut sangat gelar di daerah Banten yang dikumandangkan setiap malam jum'at, selametan cukuran bayi dan walimah khitan.
*) Sebagian dinukil dari Buku Manaqib Abuya Cidahu dalam Pesona Langkah di Dua Alam

0 Response to "Tubagus Buang dan KH. Muhammad Amin"

Post a Comment